Wahai Tuhan jauh sudah
Lelah kaki melangkah
Aku hilang tanpa arah
Rindu hati sinarmu
Wahai Tuhan aku lemah
Hina berlumur noda
Hapuskanlah terangilah
Jiwa di hitam jalanku
Ampunkanlah aku
Terimalah taubatku
Sesungguhnya engkau
Sang Maha Pengampun Dosa
Ya Rabbi ijinkanlah
Aku kembali padaMu
Meski mungkin takkan sempurna
Aku sebagai hambaMu
Ampunkanlah aku
Terimalah taubatku
Sesungguhnya engkau
Sang Maha Pengampun Dosa
Berikanlah aku kesempatan waktu
Aku ingin kembali
Kembali kepadaMu
Dan mungkin tak layak
Sujud padaMu
Dan sungguh tak layak aku
By : Opick
Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Nabi
berkata, “Sesungguhnya Allah senantiasa membuka tangan-Nya pada malam hari agar
orang yang melakukan kesalahan di siang hari mau bertaubat, dan juga membuka
tangan-Nya pada siang hari agar yang melakukan kesalahan pada malam hari mau
bertabuat. Ini terus berlangsung hingga matahari terbit dari barat.” Rasulullah
saw sendiri sebagai utusan Allah mengakui, “Wahai sekalian manusia, bertaubat
dan memohon ampunlah kalian kepada Allah , karena aku sendiri setiap hari
bertaubat sebanyak seratus kali.” (HR. Muslim).
Dari segi bahasa, taubat berasal dari kata taaba, yatuubu,
yang artinya kembali. Jadi taubat adalah kembali dari kegelapan menuju jalan
yang terang dan lurus, atau kembali dari sesuatu yang tercela (menurut syara’)
menuju sesuatu yang terpuji. An-Nawawi dalam Riyadus Salihin dalam bab taubat
membagi taubat menjadi dua bagian. Pertama, untuk dosa yang dilakukan antara
hamba dengan Tuhannya, dan tidak berhubungan dengan manusia, (QS. 42 : 45). Ini
ada tiga syarat, yaitu berhenti dari kemaksiatan yang diperbuat, menyesali dan
tidak mengulangi selamanya. Bila salah satu syarat ini tidak terpenuhi,
taubatnya tidak benar.
Kedua, untuk dosa yang berkaitan dengan hak manusia.
Syaratnya ada empat, yaitu tiga syarat pertama diatas ditambah dengan satu
syarat yaitu membersihkan diri hak pemiliknya. Misalnya, kalau kita memfitnah
seseorang maka kita harus meminta maaf kepadanya. Sedang Abullaits Assamarqandi
dalam Tanbihul Ghafilin menyebutkan bahwa kalau kita bertaubat hendaknya
disertai penyesalan dalam hati, istighfar dengan lidah, dan tidak akan
mengulangi lagi selamanya. “Istighfar dengan mulut sedang ia tetap berbuat dosa
bagaikan memainkan Tuhan,” sabda Rasulullah.
Seorang sufi pernah ditanya oleh muridnya, “Apakah ada tanda
bahwa taubat itu telah diterima?”. Jawabnya, “Ya, ada empat tanda. Pertama,
putus hubungan dengan kawan-kawannya yang tidak baik dan bersahabat dengan
orang-orang sholeh. Kedua, menghentikan semua maksiat dan rajin melakukan
perintah Allah. Ketiga, hilang dari hatinya rasa kesenangan pada dunia dan
selalu ingat kesusahan akhirat. Keempat, percaya pada jaminan Allah dalam soal
rezeki, lalu sibuk mengerjakan perintah Allah. Maka apabila ia memenuhi empat
tanda itu, ia termasuk orang yang dicintai oleh Allah.”